Om Swastyastu,Album Photo,Ilustrasi,Pura BukitBuluh,Darma Tula,Buku Tamu      

Berbakti Kepada Leluhur Adalah Dharma ,

Ilustrasi Dari Prasasti.

Om Swastyastu

Om Awignam Astu ,Pangaksamaning ulun Ripada Batara Hyang Sinuhun,Sang gunelaring Sarining Ong Kara Mantra,Reda ya Nirmalayem,Muah ri Sang Sida Yogiswaranem,siraya Anugraha ring hana Wakya,ripurwa ira Sang wus lepas,luputing Mami ring tulah pamadi,Mwang sawigrahana mala petaka,tan kataman upadrawa,Denira Betara Hyang Mami,Wastu kita pari purna,lan anemu aken ayu,Dirgahayu-dirgayusa,ri purwa kala caritan.


Sejarah Tutuan

Sejarah Tutuan berdasarkan Prasasti Tutuan yang tersimpan di Pura Bukit Buluh Gunkasa Klungkung tersurat pernyataan sebagai berikut.

Disebutkan perjalanan sejarah seorang Maha Rsi yang bernama Maha Rsi Segening (Empu Keling) yang mendaaptkan Moksah di Gunung Tohlangkir,yang kemudian dikenal bernama Gunung Agung.Empu Keling adalah Putra Empu Siwa Gandhu, dan Empu Siwa Gandhu adalah salah seorang Putra dari Empu Beradah.Empu Keling berputra yang bernama Dalem Mangori.Dalam pejalanan hidup beliau (Dalem Mangori) adalah seorang Penguasa Wilayah Keling di  Jawa Dwipa.

Di Jawa Dwipa Dalem Mangori menikahi seorang Ratu Dari kerajaan Kalingga yang bernama Dyah Mpu Wati (cucu dari Mpu Galuh alias Ratu Sima).Dari pernikahan beliau menurunkan Ratu Mangori yang kemudian menurunkan Arya Kanuruhan sekretaris Raja Gelgel.Arya Kanuruhan berputra tiga orang yaitu Pangeran Tangkas,Arya Brang Singa dan Arya Pegatepan.

Dalem Mangori dikenal sebagai seorang Dalem yang suka berburu ketengah hutan Keling .Suatu hari dalam perburuannya, beliau bertemu seorang gadis kecil di bawah sebuah pohon pisang yang berparas sangat cantik.Anak gadis itu dipungut dan dibawa ke kerajaan dan diberi nama Brit Kuning.Brit Kuning kemudian diketahui adalah seorang putri kerajaan Airlangga ,dan setelah menginjak dewasa Brit Kuning dinikahi Dalem sebagai istri penawing di kerajaan dan berputra laki - laki yang di beri nama Mantri Anom.Mantri Anom  kemudian diangakt putra oleh Dyah Mpu Wati (diadopsi) bergelar Satrya Wangsa.

Berselang kurun waktu tertentu Brit Kuningpun melahirkan putranya yang kedua.Entah karena salah paham bagaimana,Brit Kuning membunuh putranya untuk dijadikan santapan Dalem Mangori.Mengetahui keadaan demikian betapa marahnya Dalem terhadap Brit Kuning,serta mengusirnya dari kerajaan dan diasingkan ke tengah hutan Keling.Dalam keadaan yang sedang marah begitulah runtuh sabda Dalem Mangori terhadap putranya,"Wahai Anakku,semoga engkau cepat manumitis dan menjelmalah engkau sebagai manusia yang bisa menghilang, lahirlah sebagai seorang gembala dengan nama "Rare Angon".

Waktu terus berlalu Satria Wangsapun kini memasuki usia dewasa.bertanyalah dia tentang keberadaan ibu kandung yang melahirkannya.Dalem tak kuasa untuk menyembunyikan keadaan yang sebenarnya,dan dikatakanlah bahwa ibu kandungnya telah diusir dan diasingkan ke tengah hutan Keling karena kesalahannya telah membunuh adik kandung Satria Wangsa ketika masih bayi.Seketika itu muncul di dalam keinginan Satri Wangsa untuk bertemu ibunya seraya minta ijin dari Dalem Mangori.Dalem mengabulkan niat Stria Wangsa untuk bertemu ibu kandungnya dengan suatu pesan yang tidak boleh dilanggar oleh Satria Wangsa bahwa tidak diperkenankan untuk menyembah ibunya karena secara status ibunya telah dikeluarkan dari status kerajaan akibat kesalahannya telah membunuh putranya sendiri.

Satria Wangsa segera beranjak menuju hutan Keling dengan diiringi oleh pasukan kerajaan dan pengawal.Ketika berada di tengah hutan dan bertemu ibunya Satria Wangsa merasa tidak tega untuk tidak menyembah sang ibu yang melahirkannya,kendatipun telah diperingatkan ayahandanya.Brit Kuningpun menolak untuk disembah karena telah mengetahui posisi dirinya dan status anaknya sebagai seorang putra Dalem.Brit Kuning berlari dan bersembunyi di balik tembob biliknya.Satria Wangsa tetap menyembahnya,sehingga keanehan terjadi dan terbelahlah bangunan bilik itu menjadi dua sehingga ada ceritra tentang bale pegat sejak saat itu yang kemudian dikenal di Bali.Brit Kuning tak henti berlari menghindari untuk disembah Putranya hingga akhirnya dia terperosot kedalam sebuah sumur di belakang rumahnya dan terjatuh.Mengetahui hal itu terjadi Satria Wangsa segera berlari dan mengejar hendak menolong,tapi tak bisa.Ibunya telah terjatuh kedalam sumur itu dan keanehan terjadi lagi. Dari dalam sumur seketika tumbuh pohon Timbul dan di puncak hinggap seekor burung tuu-tuu. Ketiaka itulah Satria Wangsa bersumaph untuk tidak memakan buah timbul dan tidak menyakiti burung tut-tuu hingga seketurunannya.Bahkan tidak juga boleh meminum air sumur.

Setelah semuanya terjadi,kini Satria Wangsa bertolak ke istana dan bertemu ayahandanya serta menceritrakan kejadian di tengah hutan itu kepada ayahnya Dalem Mangori.Mendengar ceritra Satria Wangsa,Dalem Mangori marah dan serta merta mengusir Satria Wangsa dari istana Kalingga serta mencopot gelar yang disandangnya sebagai seorang putra kerajaan karena telah berani melanggar larangan Dalem.Satria Wangsapun pergi dan menuju kerajaan Airlangga untuk bertemu kakeknya Prabu Airlanga.Di kerajaan itu Satria Wangsa menceritrakan hal yang terjadi kepada Sang Prabu Airlangga dan akhirnya menyarankan Satria Wangsa datang ke Bali untuk bertemu Dalem Tegal Belesung,dengan menyandang gelar baru yaitu "Mantri Tutuan".Matri Tutuan diterima Dalem Tegal Belesung,dan menetap di Bukit Buluh Gunaksa, Klungkung,Bali,yang selanjutnya menjadi pusat dari keturunan KI Manti Tutuan.

Hal ihwal tentang status kehidupan Ki Matri Tutuan tersuratkan pula di dalam Piagem yang dianugrahkan oleh Dalem Tegal Belesung kepada Ki Mantri Tutuan yang berisikan tenatng kewenagan KI Mantri Tutuan dan seketurunannya.

Sabda Ida Dalem Tegal Belesung ( Piagem )

Aerlanghya Kadhiri, ngicen panglugrahan ring I Mantri Tutuan. Luwire : Tan keneng paplangkan, tan keneng pejah panjing, tan keneng tategenan, tan keneng kapaten-paten ta keneng raja kadanda. 

Yan dandapati wenang tinundung m yan danda artha, wenang kasampura, mangkana palugraha nira sang prabhu Aerlangghya ring Kadhiri ring I Mantri Tutuan, dhuk ika suka swasa I Mantri Tutuan ajong kuning, atunggul, cacandakan, anunggang kuda, sajeroning crangcang kawat, malungka-lungka, muwah akekepuh balulang macan, tan kasambatsara I Mantri Tutuan , nanggo paksi angalayang // o //

Muwah sira Dhalem Tegal Busung ring Bali rajya, naler sira manganugraha laluputan ring I Mantri Tutuan. Apan sira mantri angiring pakahyunan sira Dhalem tegal Besung, tur amisoka linggih bhatara sami, sira tang keneng raja pinulah, yan sang patih muwang sang ratu, manguwah panugrahan sira Dhalem Tegal Besung iki yasan sang Brahmana, satriya, wesya, mogha sira kinaastuning dewa saksi. 

Yang lungha maring alas, sinarep dening mong, yng lungha maring segara sinarep dening iwak agung. Kni kadi saupadrawaning cor…………………. 

12b.Dhuk panugraha iki, ring Penataran Agung ring Besakih. Mawinan sira Dhalem Tegal Besung anugraha, saantukan I Mantri Tutuan katereh olih Ida Sang Aerlangghya nanghing saking wandhu. Sumangkana kawite I Gunaksa Tutuan // o // 

Yan mabyikang nugraha mabade, tumpang, 7 mabandusa, mapagadhatu, marurub kajang, mapatulung gajah mina bhawi srenggi, mabale salulung, matatakan beha undag, 5. Madamar kurung, maganjaran, matumpang salu, maprigading, makapas, makasumba warna sa……………………. 

15b.ngha, ika uttamanya. Asta warnaning kapas, madhya ika, panca waenaning kapas, nista ika. Katri warnaning kapas nistaning nista ika, uga. Yan sawiji warnaning kapas, uttamaning uttama ika. Ika sama lawaning sawlas. Samangkana kawenanganya I Tutuan Gunaksa ngange, upakaraning ratu ring nguni-nguni, apan kita katereh antuk sang prbhu Aerlangghya saling wadu, katekeng purusa ring sira Dhalem Mangori // o // 

Yaning kita pajah mapreteka anem dina sebelnya, yang nora mabya terus mageseng, siya dina sebelnya, apan sira kasentana antuk Dhalem Mangori, muwang prabhu Aerlangghya saking wandhu, magenah kita ring mabili. Muwang kita alap kealap ring sira Pangeran Tangkas Kori Agung, tan kawicara. 

Yan hana wong waneh angalap, ika wenang denda, gungarta, 12.500. Katur ke Bukit Buluh tur mangaturang canang pauningan // o // 

Mangkana pidartanya munggah ring likitan prresasti. Pingajeng panugrahan Bhatara Dhalem Tegal Besung jumeneng ring Swecapura // o // 

Om Swastyastu , Album Photo ,Ilustrasi ,Pura Bukit Buluh,Darma Tula,Buku Tamu